Tuesday, September 30, 2014

nahwu 18

الجملة الفعلية
أ) الأمثلة
        1- قام محمدٌ                   5- قاموا أمام الفصل
        2- قام رجلان                 6- كتبَ عمرُ الدرسَ
        3- قام المسلمون               7- كُتِبَ الدرسُ
        4- قامب زينبُ
ب) القواعد
1- أقسام الجملة الفعلية
                                        لازم :فعلٌ لازمٌ + فاعل(1-5)
                        معلوم
الجملة الفعلية                           متعدي: فعل متعدي + فاعل + مفعول(6)
                        مجهول: فعلٌ مجهول + نائب الفاعل(7)
2- الفعل اللازم: فعل لا يحتاج إلى المفعول به
3- الفعل المتعدي: فعل يحتاج إلى المفعول به
4- تعدية الفعل اللازم:
        - بالتشديد: وسعوسّع
        - بهمزة القطع: قامأقام

        - بحرف الجر: قام بـ

Monday, September 29, 2014

nahwu 17

المعرف بـ"ال"
الأمثلة
ناس(نكرة) الناس(معرفة)
معاني "ال"
1- للعهد الذهني (yang di ketahui oleh pikiran)
    نحو:        إذ هما في الغارgua tsur))
                إذ جاء نصر الله و الفتح(fatkhu makkah)
- للعهد الذكر
نحو: كما أرسلنا إلى فرعون رسولا فعصى فرعون الرسول(musa)     
- للعهد الحضور(ini)
نحو:    اليوم(hari ini)

2- للجنس
        - لاستغراق الأفراد(keseluruhan)
نحو: خلق الإنسان ضعيفا
        - لتعريف الماهية
نحو: وجعلنا من الماء كل شيء حي
        - لاستغراق خصائص الأفراد
(untuk menunjukkan keistimewaan seseorang atas semua jenis yang lain)

        المعرف بالإضافة إلى واحد من هذه الخمسة
كيفية الإ ضافة:
1- حذف التنوين، نحو:       كِتَابٌ + محمّدٌ كتابُ محمدٍ
2- حذف نون التثنية وجمع المذكر السالم، نحو: كِتابان+ محمدٌ كتابا محمدٍ، صاحبون+محمدٌ صاحبو محمدٍ
إعرابه:
- المضاف يعرب حسب موقعه الإعرابي
- والمضاف إليه مجرور أبدا
نحو:


مضاف
مضاف إليه
جاء
طالبُ
المعهدِ
رأيت
طالبَ
المعهدِ
مررت
بطالبِ
المعهدِ

Sunday, September 28, 2014

nahwu 16

الأسماء الموصولة
أ) الأمثلة
1- قد أفلح الذي آمن
2- قد أفلحت التي أخلاقها كريمة
ب) القواعد
1- الاسم الموصول هو اسم لا يتم إلا بالصلة
2- الاسم الموصول نوعان: مختص ومشترك
* الموصول المختصة
الأسماء الموصولة
المعنى
الذي
مفرد مذكر(مرفوع،منصوب،مجرور)
التي
مفرد مؤنث(مرفوع،منصوب،مجرور)
الذان
تثنية مذكر(مرفوع)
الذين
تثنية مذكر(منصوب،مجرور)
اللتان
تثنية مؤنث (مرفوع)
اللتين
تثنية مؤنث(منصوب،مجرور)
الذين
جمع مذكر
اللاتي،اللائي
جمع مؤنث



* الموصول المشترك
1- من (للعاقل)               4- ذا (للعقل وغيره)
2- ما (لغير العاقل)           5- أي (للعاقل وغيره)
3- ال (للعاقل وغيره)         6- ذو (للعاقل وغيره)

3- صلة الموصول هي جملة فعلية،جملة اسمية،ظرف، والجاروالمجرور
نحو:    1- جاء الذي آمن (صلة جملة فعلية)
        2- جاء الذي خلقه كريم (صلة جملة اسمية)
        3- ذهب الذي عندك (ظرف)
        4- ذهب الذي في الفصل (صلة الجار والمجرور)
* العائد هو الضمير الذي يعود إلى اسم الموصول
4- الأحوال المختصة بال،أي،ذو،ذا
* ال: يجب أن تكون صلتها صفة صريحة
        وهي اسم الفاعل،نحو: جاء المؤمن(أي جاء الذي آمن)
        واسم المفعول،نحو: جاء المُكرَم (أي جاء الذي كُرِم)
* أي،لها أربعة أحوال:
1- أن تضاف ويذكر صدر صلتها،وفي هذه الحالة تكون معربة
نحو:    يعجبني أيُهم هو قائم
        رأيت أيَهم هو قائم
        مررت بأيِهن هو قائم
 * صدر الصلة
› صدر الصلة للجملة الاسمية هي مبتدأ
› صدر الصلة للجملة الفعلية هي فعل
2- أن لاتضاف ولا يذكر صدر صلتها،و في هذه الحالة تكون معربة
نحو:    يعجبني أيٌ قائم
        رأيت أياً قائم
        مررت بأيٍ قائم
3- أن لاتضاف ويذكر صدر صلتها،وفي هذه الحالة تكون تكون معربة
نحو:    يعجبني أيٌ هو قائم
        رأيت أياً هو قائم
        مررت بأيٍ هو قائم
4- أن تضاف ولا يذكر صدر صلتها،وفي هذه الحالة تكون مبنية على الضم
نحو:    يعجبني أيُّهم قائم
        رأيب أيُّهم قائم
        مررت بأيُّهم قائم
* ذا
أن تكون بعد ما أو من الاستفهامين
نحو:    ماذا فعلت؟ أي ما الذي فعلت؟
        من ذاجاءك؟ أي من الذي جاءك؟
* ذوا
تكون موصولة عند طيّء فقالوا:جاء ذو قام

5- الموصولات الحرفية هي خمسة أحرف:
أ) أن مصدرية
نحو: أريد أن أن تقومَ (المصدر المؤل) أي أريد قيامَك(المصدر الأصلي)
ب) أنَّ مع اسمها وخبرها
نحو: عجبت من أنُّ عليا قائم أي عجبت من قيام علي
ج)     - ما الداخلة على الجملة الفعلية (ما مصدرية)
نحو: جزاءا بما كانوا يكسبون أي جزاءا بكسبهم
        - ما مصدرية ظرف (selama)
نحو: لا أقوم ما يقوم ناجح أي لا أقوم مدة قيام ناجح
د) كي،تدخل على المضارع فقط
نحو: جئت لكي تتعلم القرآن أي جئت لتعلم القرآن
هـ) لو،تدخل على الماضي والمضارع
نحو: ود الذين كفروا لو يضلونكم أي ود الذين كفروا إضلالكم
6- حذف العائد
أ- يجوز حذفه إذا كان مبتدأ وخبره مفردا
نحو: جاء الذي قائم في الفصل أي جاء الذي هو قائم في الفصل
ب- ويجوز حذفه إذا كان ضميرا منفصلا منصوبا

نحو: يغفر لمن يشاء أي يغفر لمن يشاءه

Saturday, September 27, 2014

wakaf part 4

Sebagian dari permasalahan wakaf:
1- kalau seseorang yang berwakaf berkata, “Aku mewakafkan rumah ini kepada anak-anakku, dan anak dari anak-anakku,” maka semuanya berhak untuk menerima wakaf, dan hasil dari harta wakaf tersebut dibagi rata kepada mereka, tidak ada perbedaan antara antara anak laki-laki dan anak perempuan, dan antara anak sendiri atau anak dari anaknya (cucu), karena kata “dan” (wawu) didalam bahasa arab bermakna Mutlak Al Jam’i (hanya untuk menggabungkan), bukan untuk tartib (urutan), itulah yang benar menurut ahli ushul.
2- kalau seseorang berkata, “Aku mewakafkan rumah ini untuk anak-anakku,” maka anak dari anak-anaknya (cucu), tidak termasuk orang yang diberi wakaf, karena mereka (cucu) tidak termasuk anak, hal ini jika orang yang berwakaf tersebut memiliki anak dan cucu. Akan tetapi jika dia tidak memiliki anak kecuali hanya ada cucu, maka mereka (cucu) masuk di dalam lafal ini, dan berhak menerima wakaf, karena adanya Qarinah (hal yang membolehkan untuk memaknai suatu makna tidak dengan maknanya yang asli), dan menjaga ucapan orang yang berwakaf dari kesia-siaan.
3- kalau seseorang berkata, “Kebun ini diwakafkan kepada keturunanku, anak cucuku, atau generasiku,” maka lafal wakaf ini mencakup anak laki-laki dari anak perempuannya, anak laki-laki dari anak laki-lakinya, keluarga dekat maupun keluarga jauh, dan keluarga laki-laki ataupun wanita, karena lafal wakaf tersebut mencakup mereka semua.
4- seandainya seseorang berkata, “Aku mewakafkan hartaku untuk keluarga dekatku yang miskin,” maka lafal ini mencakup semua orang fakir yang masih memiliki hubungan nasab dengannya, baik itu keluarga dekat atupun keluarga jauh, laki-laki atau perempuan, termasuk kedalam ahli warisnya ataupun tidak, dan mereka yang menjadi Mahramnya ataupun bukan.
5- sifat yang disebutkan pada kalimat yang digabungkan dengan kalimat yang lain, maka sifat tersebut dianggap sebagai sifat semua kalimat itu. Seperti sesorang yang berkata, “Aku mewakafkan tanah ini kepada orang yang kekurangan dari anak-anakku, cucu-cucuku, dan saudara-saudaraku,” maka kata sifat “orang yang kekukarangan” adalah merupakan syarat bagi mereka semua (artinya orang yang tidak berkekurangan tidak berhak menerima wakaf tersebut, meskipun dia adalah anak kandung dari orang yang berwakaf). Demikian juga kata sifat yang disebutkan dibagian akhir, seperti seseorang yang berkata, “Aku mewakafkan rumah ini kepada anak-anakku, cucu-cucuku, dan saudara-saudaraku yang fakir.”
6- wakaf yang diberikan kepada keluarga dekat, anak, cucu, keturunan, dan generasinya, dikenal dengan sebutan Al Waqfu Al Dzurri atau Al Waqfu Al Ahli.
Adapun wakaf yang diberikan kepada kebaikan atau kelompok tertentu seperti masjid, sekolah, para ulama dan orang-orang fakir, disebut dengan Al Waqfu Al Khairi.

Wakaf adalah merupakan kebanggaan kaum muslimin dan perbuatan mereka yang terpuji
Wakaf adalah merupakan salah satu bentuk pendekatan (kepada Allah), juga termasuk salah satu ibadah. Wakaf adalah merupakan bukti kejujuran dari keimanan orang yang berwakaf, kecintaanya kepada kebaikan, dan perhatiannya terhadap kebaikan umat islam, serta bukti kecintaannya kepada umat islam dan generasi islam setelahnya, sehingga mereka mewakafkan harta mereka yang tidak terhitung, dan harta wakaf mereka meliputi semua sisi kebaikan dan kehidupan, seperti sekolah, masjid, rumah sakit, tanah, bangunan, sumur, kantor, dan senjata. Dimana harta wakaf tersebut diberikan kepada keturunannya,orang fakir, para mujahidin, para ulama, dan lain sebagainya.
Mereka tidak meninggalkan satu sisi kehidupan kecuali mereka berwakaf didalamnya, mereka juga tidak meninggalkan satu kebutuhan dari kebutuhan masyarakat kecuali mereka juga akan mewakafkan hartanya untuk hal tersebut.
Dan sejarah di dalam dunia islam telah bercerita kepada kita tentang wakaf-wakaf mereka, dan harta mereka yang telah diwakafkan di jalan Allah SWT. semuanya ikut andil di dalam hal tersebut, baik pemimpin, orang yang dipimpin, panglima, tentara, pedagang, pekerja, laki-laki, maupun wanita, sehingga wakaf berkembang di setiap negara islam, hingga hasilnya berjumlah ratusan juta. dan juga dibentuk (didalam setiap Negara) kementrian yang bertugas mengelola harta wakaf ini. Berapa banyak keluarga yang terbantu dengan buah dan hasil dari harta wakaf ini, dan berapa banyak kebaikan yang diberikan oleh harta wakaf tersebut.
Mudah-mudahan Allah membalasnya dengan sesuatu yang lebih baik, dan mengganjar mereka dengan pahala yang berlimpah.
Akan tetapi yang sangat menyedihkan pada saat sekarang ini, sedikit dari umat islam yang mau berwakaf, mereka dikuasai oleh sifat bakhil untuk mewakafkan harta mereka sebagai amal jariyah, dan hal yang bermanfaat.

Ini adalah fenomena yang menyedihkan, dan sebagai bukti akan sedikitnya keinginan untuk mendapatkan balasan dan pahala yang lebih baik dari Allah, juga bukti akan lemahnya iman kepada akhirat beserta kenikmatan di dalamnya, cinta yang berlebihan kepada dunia, manusia disibukkan dengan sesuatu yang fana, dan lebih mengutamakannya dibanding dengan hari akhirat dan segala kenikmatannya. Sungguh benar firman Allah ta’ala, “Sedangkan kamu (orang-orang kafir) lebih memilih kehidupan dunia,” (Al A’la: 16), seolah-olah kita lupa akan firman-Nya, “Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal,” (Al A’la: 17). Tiada daya dan upaya kecuali Allah SWT.

sumpah part 4

Penutup hukum-hukum sumpah
1- Kalau seseorang berkata, “Aku bersumpah dengan nama Allah, bahwa aku akan melakukan hal ini,” maka hal itu dianggap sumpah, baik disertai niat bersumpah, atau dengan hanya mengucapkannya saja, karena kebanyakan penggunaan lafal ini adalah untuk bersumpah.
Allah ta’ala berfirman, “Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpah yang sungguh-sungguh,” (Al Nahl:38). Jika dia tidak bermaksud untuk bersumpah tetapi hanya bermaksud untuk mengabarkan tentang sesuatu yang telah lampau  atau yang akan datang, maka tidak dianggap sebagai sumpah, karena lafal tersebut mengandung makna sesuai yang diniatkan.
2- Apabila seseorang berkata kepada orang lain, “Aku bersumpah dengan nama Allah, wajib atas kamu untuk melakukan hal ini,” atau ucapan, “Aku memintamu dengan nama Allah, sungguh kamu akan melakukan hal ini,” maka hal itu dianggap sumpah secara syar’i,  jika maksud dari ucapannya itu adalah sumpah untuk dirinya sendiri. Dan disunahkan bagi lawan bicara untuk melaksanakan isi sumpah tersebut, agar orang yang bersumpah bebas dari tanggungan. dengan syarat isi sumpah tersebut bukanlah sesuatu yang haram atau makruh.
Dalil dari hal ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Al Bukhari didalam kitab Al Janaiz, bab Al Amr bittiba’I Al Janaiz :1182, dari Barra’ ra. Ia berkata, “Nabi saw. memerintahkan kepada kami tujuh hal, dan diantaranya adalah menepati sumpah.”
Adapun jika maksud dari ucapannya,  “Aku bersumpah dengan nama Allah, wajib atas kamu untuk melakukan hal ini,” atau ucapan, “Aku memintamu dengan nama Allah, sungguh kamu akan melakukan hal ini,” adalah sumpah untuk lawan bicara, atau tidak bermaksud untuk bersumpah tetapi karena hanya ingin minta pertolongan dari lawan bicara, maka hal itu tidak dianggap sebagai sumpah.( Karena dia tidak bermaksud untuk bersumpah dan lawan bicara juga tidak bersumpah). tetapi meminta pertolongan orang lain dengan menggunakan wajah Allah dimakruhkan.
Rasulullah saw. bersabda, “ Tidak boleh ada sesuatu yang diminta dengan wajah Allah kecuali syurga.” Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud didalam kitab Al Zakat, bab Karahiyah Al Masalah Biwajhillah ta’ala :1671.
3- Barang siapa bersumpah untuk meninggalkan satu kewajiban, seperti meninggalkan shalat atau puasa, atau bersumpah untuk melakukan sesuatu yang diharamkan seperti mencuri atau membunuh, maka ia telah bermaksiat kepada Allah, sehingga wajib baginya untuk melanggar sumpahnya tersebut. karena bertahan dengan sumpah yang seperti ini adalah satu kemaksiatan. dan wajib baginya untuk  membayar kafarat.
4- Apabila seseorang bersumpah untuk tidak melakukan apapun seperti jual beli dan yang semisalnya, kemudian dia mewakilkan kepada orang lain untuk melakukannya, maka dia tidak dianggap melanggar sumpahnya. karena sesuai dengan yang ditunjukkan oleh lafal sumpah yang diucapkan adalah dia bersumpah hanya untuk dirinya sendiri , maka dia tidak dianggap melanggar sumpah karena perbuatan orang lain. Karena suatu perbuatan hanya disandarkan kepada pelakunya. Akan tetapi kalau yang ia maksud dengan sumpahnya itu adalah untuk dirinya sendiri dan orang yang mewakili, maka dia dianggap melanggar sumpah.
5- Apabila seseorang bersumpah untuk tidak menikahi fulanah, kemudian dia mewakilkan kepada orang lain untuk melakukan akad sebagai pengganti dirinya, maka dia telah melanggar sumpahnya. Karena menikah tidak hanya bermakna akad saja, tetapi juga mencakup hasil setelahnya, yaitu hubungan suami istri. Sehingga orang yang bersumpah seperti ini, meskipun ia tidak melakukan akad secara langsung akan tetapi ia melakukan apa yang menjadi akibat dari akad tersebut.
6- Barang siapa bersumpah untuk meninggalkan dua hal, kemudian dia melakukan salah satunya, maka dia dianggap tidak melanggar sumpahnya. seperti ucapan, “ Demi Allah, aku tidak akan memakai kedua pakaian ini,” atau “Demi Allah, aku tidak akan berbicara kepada dua orang ini,” kemudian dia memakai salah satu dari pakaian tadi, atau berbicara dengan salah seorang dari mereka, maka dia dianggap tidak melanggar sumpah. Karena sumpah yang ia ucapkan tersebut  adalah sumpah yang satu tetapi meliputi dua hal.
 Adapun jika dia berkata, “Demi Allah, aku tidak akan memakai pakaian ini dan tidak yang ini,” atau “Demi Allah, aku tidak akan berbicara dengan orang ini dan tidak dengan orang ini,” maka dia dianggap melanggar sumpah jika memakai salah satu dari pakaian tersebut, atau berbicara dengan salah satu dari keduanya. karena pengulangan huruf nafi “tidak” menunjukkan bahwa setiap dari dua hal tersebut memang dimaksudkan didalam sumpah secara terpisah.

7- Barangsiapa bersumpah untuk melakukan dua hal, seperti kalau ia bersumpah, “ Demi Allah, aku akan memakan kedua roti ini,” atau “Demi Allah, aku akan berbicara dengan dua orang ini,” maka dia dianggap tidak mememenuhi sumpahnya, kalau hanya melakukan salah satu dari keduanya. Akan tetapi agar dia memenuhi sumpahnya tersebut, maka dia harus memakan kedua roti itu, atau berbicara dengan kedua orang tersebut. wallahu a’lam.

nahwu 15

اسم الإشارة
أ) الأمثلة
1- هذا الكتاب جديد
2- هذه الطالبة ماهرة
ب) القواعد
1- تجب المطابقة بين اسم الإشارة و المشار إليه

اسم الإشارة
المشار إليه
1
ذا
مفرد مذكر(مرفوع،منصوب،مجرور)
2
ذي،ذه،تي،تا
مفرد مؤنث (مرفوع،منصوب،مجرور)
3
ذان
تثنية مذكر(مرفوع)
4
ذين
تثنية مذكر(منصوب،مجرور)
5
تان
تثنية مؤنث(مرفوع)
6
تين
تثنية مؤنث(منصوب،مجرور)
7
أولاء
جمع مذكر/مؤنث(مرفوع،منصوب،مجرور)


2- مراتب المشار إليه



القريب
المتوسط
البعيد

مفرد
هذا
ذاك
ذلك
مذكر
تثنية
هذان
ذانك
ذينك

جمع
هؤلاء
ألئك
أولالك






مفرد
هذه
تيك
تلك
مؤنث
تثنية
هتان/هاتين
تانك/تينك
تانك/تينك

جمع
هؤلاء
أولئك
ألالك
المختصة بالمكان
هنا
هناك
هنالك/ثم

ج) الحروف التي تدخل على اسم الإشارة
1- هاء التنبيه: يجوز دخولها في القريب و المتوسط.نحو:هذا،هذاك
2- كاف الخطاب: يجوز دخولها في المتوسط والبعيد،
نحو: ذلكَ حق ياعمر،ذالكِ حق يا عائشة،ذلكم حق يا مسلمون

3- لام البعد: يجوز دخولها في البعد،نحو:ذالك