Saturday, September 13, 2014

Julaibib dan wanita anshar

Imam Ahmad meriwayatkan, “Telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Tsabit, dari Kinanah bin Nu’aim Al ‘Adawi, dari Abu Barzah Al Aslamy menyebutkan bahwa ada seorang lelaki bernama Julaibib yang suka memasuki tempat kaum wanita, mondar-mandir di hadapan mereka dan mencandai mereka.” Lalu aku berkata kepada istriku, “Jangan sekali-kali Julaibib mendatangimu. Sungguh kalau dia menemuimu, aku akan berbuat sesuatu dan pasti aku akan melakukannya.”
Abu Barzah Al Aslamy kemudian berkata, “(Kebiasaan) Orang-orang Anshar pada saat itu, apabila diantara mereka ada wanita yang belum bersuami, maka mereka tidak menikahkannya sehingga diketahui apakah Rasulullah saw. menginginkannya (untuk dinikahi) atau tidak.
Lalu Rasulullah saw. berkata kepada seorang lelaki Anshar, “Nikahkanlah aku dengan anak perempuanmu!” ia menjawab, “Silahkan, satu kehormatan dan kenikmatan bagi kami wahai Rasulullah!” beliau bersabda, “Sungguh aku menginginkannya tetapi bukan untukku.” Lalu ia bertanya, “Lalu untuk siapa wahai Rasulullah?” beliau menjawab, “untuk Julaibib.”
Lelaki Anshar tersebut berkata, “Wahai Rasulullah, aku akan bermusyawarah terlebih dahulu dengan ibunya.” Lalu ia mendatangi istrinya dan mengatakan kepadanya, “Rasulullah hendak melamar putrimu.” Istrinya menjawab, “sungguh kehormatan dan kemuliaan buatku.” Suaminya berkata, “Beliau melamar bukan untuk dirinya, tetapi beliau  melamar untuk Julaibib.” Istrinya berkata, “apakah Julaibib yang itu? Apakah Julaibib yang itu? Demi Allah jangan kau nikahkan putrimu dengan Julaibib.”
Ketika lelaki Anshar tersebut bangun dan hendak melaporkan keputusan istrinya kepada Rasulullah saw. putrinya berkata, “Siapa yang meminangku kepada kalian?” lalu ibunya menceritakan semua kepadanya. Putri tersebut kemudian  berkata, “Apakah kalian hendak menolak perintah Rasulullah saw.? antarkan aku kepadanya, sungguh ia tidak akan menyia-nyiakan diriku.” Lalu sang ayahpun pergi menemui Rasulullah saw. ia berkata, “Kami menyerahkan segala urusannya kepada engkau (wahai rasulullah)” lalu Rasulullah menikahkannya dengan Julaibib.
Abu Barzah bercerita, “Lalu Rasulullah saw. keluar dalam satu peperangan. Ketika Allah telah memenangkannya, Beliau bertanya kepada para sahabat, “Apakah kalian kehilangan seseorang?” mereka menjawab, “Kami kehilangan fulan dan fulan.” Lalu beliau kembali bertanya, “Lihatlah lagi,apakah kalian kehilangan seseorang?” mereka menjawab, “Tidak” Rasulullah kemudian berkata, “Akan tetapi aku kehilangan Julaibib, carilah ia di antara orang-orang yang meninggal.” mereka kemudian mencari Julaibib dan menemukannya diantara tujuh orang musuhnya yang telah ia bunuh, dan kemudian mereka membunuhnya. Lalu mereka berkata, “Wahai Rasulullah ini Julaibib, ia diantara tujuh musuhnya yang telah ia bunuh, kemudian mereka membunuhnya.”
Lalu Rasulullah mendatangi jenazah Julaibib dan berdiri di dekatnya, beliau bersabda, “Ia telah membunuh tujuh musuh, dan mereka kemudian membunuhnya, dia dari golonganku dan aku dari golongannya.” Beliau mengatakannya dua atau tiga kali. Kemudian Rasulullah membopongnya dan menggali kuburnya, ia tidak di baringkan kecuali di atas lengan Rasulullah saw. kemudian beliau menguburkannya. Dan tidak disebutkan bahwa ia dimandikan.
Tsabit berkata, “Tidak ada seorang janda di kalangan Anshar yang lebih banyak berderma melebihi istri Julaibib.”
Ishak bin Abdullah bin Abu Thalhah bertanya kepada Tsabit, “Apakah engkau tahu apa yang didoakan Rasulullah untuknya (istri Julaibib)?” ia menjawab, “Ya Allah, curahkanlah kebaikan untuknya (istri Julaibib), dan janganlah Engkau menjadikan kesempitan di dalam hidupnya.” Demikian Rasulullah mendoakannya, sehingga tidak ada seorang janda di kalangan Anshar yang lebih banyak berderma melebihi istri Julaibib.[1]



[1] ) Al Musnad:422/2, Muslim:2482, An Nasai di dalam kitab Al Kubra:8246

No comments:

Post a Comment